Senin, 16 Desember 2019

SUMBER SOSIOLOGIS PENDIDIKAN PANCASILA





SUMBER SOSIOLOGIS PENDIDIKAN PANCASILA




Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pancasila Peserta Didik Fakultas Tarbiyah Prodi Manajamen Pendidikan Islam Kelompok 2 Semester 1

Oleh:

Kelompok 2

1.  RENI FADILLAH

2.  NURUL AINI 

3.  ERLINDA FIDELA

4.  INA FEBRIANTI

5.  NILDA

6.  NUR MALIAH

7. ASDAR




FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

(IAIN BONE)

2019




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila" dapat tersusun hingga selesai, dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Terima Kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, karena berkat kerja samanya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai apa yang diharapkan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Bone, November 2019



Penyusun







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
ii

DAFTAR ISI
iii

BAB I PENDAHULUN
1

A. Latar Belakang
1

B. Rumusan Masalah
2

C. Tujuan Penulisan
2

BAB II PEMBAHASAN
3

A. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
3

BAB III PENUTUP
9

A. Kesimpulan
9

B. Saran
9

DAFTAR RUJUKAN








BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Dalam pasal 2 UU No.10 tahun 2004 menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila”.

Mengenai pasal tersebut hendaknya Pancasila harus benar benar menjadi acuan Hukum Bangsa Indonesia. Berbagai kebijakan hukum juga belum mampu mengimplementasikan nilai-nilai dari Pancasila yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai, saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum. Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini.

Adapun salah satu bidang yang belum tergarap benar dalam upaya Pancasilaisasi pengetahuan adalah sosiologis. Sebagai ilmu yang menganalisis relasi antara faktor dan aktor sosial dalam fenomena kemasyarakatan, sosiologi selama ini didominasi pemikiran barat. Karena itu, jika kita menyepakati Pancasila sebagai pandangan hidup, sudah sepatutnya satu sosiologi khas masyarakat Indonesia sosiologi Pancasila dirumuskan. Dalam berbagai sudut pandang mengenai teori pancasila tidak dapat dielakkan lagi bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, maka penulis merujuk pada sumber-sumber sosiologis dalam pendidikan pancasila yang tingkat relevansinya mencapai topik makalah yang akan dibuat.



B. Rumusan Masalah

Bagaimana Sumber Sosiologis terhadap Pendidikan Pancasila?

C. Tujuan
Untuk mengetahui Sumber Sosiologis terhadap Pendidikan Pancasila.





BAB II
PEMBAHASAN


A. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai -nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:

“Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan, padahal toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil, atau lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini saudara-saudara, adalah pemberian Tuhan kepada saya… Sebagaimana tiap-tiap manusia, jikalau ia benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, diberi ilham oleh Allah Subhanahu Wata’ala (Latif, 2011: 21).

Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak, karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara optimal. 1 Adapun sumber sosiologis tentang Pancasila dibagi lagi menjadi Sumber Sosiologis Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai dasar Negara, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Etika, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia

Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotong royong, baik berupa saling membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial. Gotong royong juga tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan pembangunan.


2. Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila Sebagai dasar Negara

Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas (yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika kehidupan bernegara. Negara menurut Pancasila diharapkan dapat melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama; sementara agama diharapkan dapat memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama dan multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang sama, melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat mengembangkan politiknya yang dipandu oleh nilainilai agama.

Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting sebagai fundamental etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan yang luas mengarah pada persaudaraan dunia yang dikembangkan melalui jalan eksternalisasi dan internalisasi.

Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih jauh. Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat, bukan saja dapat mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan komunitas politik bersama, melainkan juga mampu memberi kemungkinan bagi keragaman komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan kesejarahan masing-masing. Dalam khazanah Indonesia, hal tersebut menyerupai perspektif “etnosimbolis” yang memadukan antara perspektif “modernis” yang menekankan unsur-unsur kebaruan dalam kebangsaan dengan perspektif “primordialis” dan “perenialis” yang melihat unsur lama dalam kebangsaan.

Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita -cita kebangsaan itu dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas atau kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha, tetapi dipimpin oleh hikmat/ kebijaksanaan yang memuliakan daya -daya rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa pandang bulu.


Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan sosial. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila, yang dikehendaki adalah keseimbangan antara peran manusia sebagai makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.

3. Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila Sebagai Ideologi Negara 

Pada bagian ini, akan dilihat Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalamkehidupan masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.

Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong,menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.


4. Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke

dalam 2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok pertama memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur -unsur filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks agama, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius karena perkembangan kepercayaan yang ada di masyarakat sejak animisme, dinamisme, politeistis, hingga monoteis. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis. Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonagoro menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau saling mengkualifikasi.

5. Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam

kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.

6.Menggali Sumber Sosiologis tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia
Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan dan kemanusiaan sehingga manakala iptek tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan. Contohnya, penolakan masyarakat atas rencana pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di semenanjung Muria beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakat terhadap PLTN di semenanjung Muria didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl Rusia beberapa tahun yang lalu. Trauma nuklir berkaitan dengan keselamatan reaktor nuklir dan keluaran limbah radioaktif yang termasuk ke dalam kategori limbah beracun. Kedua isu tersebut memicu dampak sosial sebagai akibat pembangunan PLTN, bukan hanya bersifat standar seperti terciptanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha, tiumbulnya gangguan kenyaman karena kemacetan lalu lintas, bising, getaran, debu, melainkan juga dampak yang bersifat khusus, seperti rasa cemas, khawatir dan takut yang besarnya tidak mudah dikuantifikasi. Dalam terminologi dampak sosial, hal yang demikian itu dinamakan perceived impact, dampak yang dipersepsikan (Sumber: Suara Merdeka, 8 Desember 2006).

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-isu ketuhanan dan kemanusiaan yang ada di balik pembangunan pusat tenaga nuklir tersebut. Isu ketuhanan dikaitkan dengan dikesampingkannya martabat manusia sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan iptek. Artinya, pembangunan fasilitas teknologi acapkali tidak melibatkan peran serta masyarakat sekitar, padahal apabila terjadi dampak negatif berupa kerusakan fasilitas teknologi, maka masyarakat yang akan terkena langsung akibatnya. 

Masyarakat sudah menyadari perannya sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal dan pertimbangan moral sehingga kepekaan nurani menjadi sarana untuk bersikap resisten terhadap kemungkinan buruk yang terjadi  di  balik  pengembangan  iptek.  Masyarakat  terlebih  peka  terhadap  isu kemanusiaan di balik pembangunan dan pengembangan iptek karena dampak negatif pengembangan  iptek,  seperti  limbah industri yang  merusak lingkungan,  secara langsung mengusik kenyamanan hidup masyarakat



BAB III


PENUTUP


A. Kesimpulan

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

Adapun sumber sosiologis tentang Pancasila dibagi lagi menjadi Sumber Sosiologis Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai dasar Negara, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Sistem Etika, Sumber Sosiologis Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan banyak pengalaman yang bermanfaat mengenai ilmu atau pengetahuan mengenai Kajian Terhadap Sejarah Islam. Demikianlah makalah yang kami buat,semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan,silahkan sampaikan kepada kami. Karena kami sadar kami hanyalah hamba Allah yang tak luput dari salah,khilaf dan lupa. Olehnya itu kami butuh saran dan kritik yang membangun.







DAFTAR RUJUKAN


Nurwardani,Paristiyanti.dkk.2016.Pendidikan Pancasila. Jakarta:Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

PENDIDIKAN PADA MASA FATIMIYAH


MAKALAH 


PENDIDIKAN PADA MASA FATIMIYAH




KONFLIK DAN NEGOSIASI


MAKALAH KONFLIK DAN NEGOSIASI

OLEH:
KELOMPOK 10


AFRADILAH AFWANISA 
  RENI FADILLAH 
  MADINAH 
  
FAKULTAS TARBIYAH 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE 
 (IAIN BONE) 
2019


LINKNYA:

Minggu, 05 Mei 2019

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA (Reaksi eksoterm dan endoterm)












MAKALAH BIOLOGI ( RESPIRASI PADA SERANGGA)

                                    MAKALAH BIOLOGI
                          (RESPIRASI PADA SERANGGA)
                                               D
                                                I
                                               S
                                               U
                                               S
                                               U
                                               N

                                           OLEH:
                                   KELOMPOK V:
                                 RENI FADILLAH
                                 AINUN NISA AZURA
                                 VIVIAN REVITA
                                 SITTI AISYAH
                                 ANDI HAIDIL FIQRI
                                 MUH.FAUSIL HIDAYA





                                KATA PENGANTAR

Bismillahi rohmani rohim
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
            Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Tentang Sistem Pernapasan Pada Hewan sebagai salah satu pesyaratan untuk menyelesaikan study praktikum biologi.
            Dalam penyusunan tugas ini, kami mendapat bimbingan dan arahan serta petunjuk dari Ibu Guru. Oleh karenanya, sepantasnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Andi Rosmaniar S.pd. selaku salah satu guru Biologi SMA N 2 BONE
            Akhirnya tiada satu kata yang kami dapat berikan sebagai imbalan selain mengucapkan terima kasih dan kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan segala kesederhanaan tulisan ini, kami tetap mengharapkan saran dan kritik demi menyempurnakanlaporan ini.
Wassalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.



                                                                                                                 Mare, Februari 2018



                                                                                                                         Kelompok V






                                            DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB 1 : PENDAHULUAN
            A.    LANDASAN TEORI .......................................................................
BAB 2 : METODE PENELITIAN
            A. TUJUAN.............................................................................................
            B.  ALAT & BAHAN .............................................................................
            C.  CARA KERJA ................................................................................
BAB 3 PEMBAHASAN
            A.  HASIL PENGAMATAN ...................................................................
            B.  PEMBAHASAN ...................................................................................
            C. PERTANYAAN
BAB 4 : PENUTUP
             A.    KESIMPULAN .............................................................................















                        BAB I PENDAHULUAN
Landasan teori
               Respirasi adalah seluruh proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik sehingga menghasilkan energi dan sisa berupa CO2 dan H2O. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi yang berlangsung di alat pernafasan. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan CO2.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
              Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
             Mekanisme pernapasan pada serangga adalah sebagai berikut :
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan.
             Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
Fungsi eosin :
Fungsi eosin adalah sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (jangkrik) pada respirometer. Saat jangkrik menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer sehingga eosin bergerak masuk ke arah respirometer.
Fungsi dari kristal KOH :
Fungsi dari Kristal KOH/NaOH pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur. Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis. Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai berikut:
KOH + CO2 → KHCO3
KHCO3 + KOH → K2CO3 + H2O







             BAB II METODE PENELITIAN

TUJUAN : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi   pernapasan
                    pada hewan.
ALAT DAN BAHAN
Respirometer sederhana
Neraca
Belalang  dan jangkrik
Kristal NaOH (KOH)
Larutan eosin
Vaselin
Kapas
Spoit
Stopwatch/ pengukur waktu

CARA KERJA
1. Bungkuslah Kristal KOH / NaOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer.
2.  Masukkan jangkrik ke-1 (kecil) yang sudah ditimbang beratnya kedalam respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala
3. Oleskan vaselin pada celah penutup tabung
4. Tutup ujung pipa berskala dengan jari jari + 1 menit , kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet.
5. Amati dan catat perbedaan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit sampai dengan 10 menit.
6. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan jangkrik dengan ukuran yang berbeda ( lebih besar ).



          BAB III PEMBAHASAN





PEMBAHASAN
        Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa kedudukan eosin jangkrik di 2 menit 1 yaitu 0,07 sekon, dan 2 menit 2 yaitu 0,25sekon, di 2 menit 3 yaitu 0,26 sekon sama halnya di 2 menit 4 kedudukan eosin yaitu 0,26 sekon atau tetap. Sedangkan di 2 menit 5 yaitu 0,29 sekon.
        Sedangkan kedudukan eosin pada belalang 2 menit 1 yaitu 0,09 sekon, dan 2 menit 2 yaitu 0,15 sekon, di 2 menit 3 kedudukan eosin pada belalang  yaitu 0,21 sekon, di 2 menit 4 yaitu 0,26 sekon, sedangkan pada 2 menit 5 kedudukan eosin yaitu 0,3 sekon.
        Jadi, belalang lebih cepat frekuensi pernapasannya dibandingkan dengan jangkrik walupun beda tipis. Frekuensi pernapasan jangkrik cenderung tidak stabil karena pada 2 menit 1 dan 2 menit 2 cenderung meningkat sedangkan 2 menit 3 cebderung lambat dan tetap pada 2 menit 4. Sedangkan belalang frekuensi pernapasannya stabil yang cenderung meningkat pada 2 menit selanjutnya.

PERTANYAAN
1. Apa tujuan pemberian KOH pada tabung respirometer ?
     Jawab :
Untuk mengikat Karbondioksida (CO2) yang di keluarkan belalang dalam tabung Respirometer.
2. Mengapa cairan eosin pada pipa berskala dapat bergerak ? Jelaskan ?
Jawab:
Cairan eosin bergerak karena pada saat organisme berbapas mereka menghirup oksigen atau udara di sekitarnya. Pada saat mereka berada di dalam respirometer sederhana, udara yang tersimpan di dalamnya tidak dapat keluar ataupun masuk, sehingga jumlah udara di dalam respirometer tersebut semakin sedikit. Karena pada ujung respirometer diberikan eosin, sehingga eosin tersebut akan terseret mendekat akibat dari bertambah sedikitnya jumlah udara yang ada di dalam respirometer tersebut. Seperti pada sedotan saat kita hirup maka air yang ada di bawahnya akan tersedot.

3. Berdasarkan percobaan factor factor apa saja yang mempengaruhi Kecepatan pernapasan ?
Jawab :
 Berat tubuh, Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
Ukuran tubuh, Makin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen makin banyak.
Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen.
Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.


                     BAB IV PENUTUP

A.   Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada belalang dan jangkrik. Belalang memerlukan lebih banyak oksigen dalam pernapasan, daripada jangkrik. Hal ini dikarenakan ukuran tubuh belalang yang lebih besar daripada jangkrik sehingga aktifitas pergerakan yang dilakukan akan semakin banyak. Ini menyebabkan belalang membutuhkan oksigen lebih banyak daripada jangkrik sehingga saat di ukur dengan respirometer gerakan larutan eosin akan lebih cepat daripada jangkrik (laju respirasi lebih cepat). Ini menandakan berat atau ukuran serta aktivitas serangga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam proses respirasi.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh dari serangga.
Terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar) serangga dengan kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh belalang maka semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya. Sebaliknya, semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka makin sedikit pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya. Begitu pula dengan aktifitas belalang tersebut, juga mempengaruhi kebutuhan oksigen.


                                                           

SUMBER SOSIOLOGIS PENDIDIKAN PANCASILA

SUMBER SOSIOLOGIS PENDIDIKAN PANCASILA Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pancasila Peserta Didik Fakultas T...